Monday, 2 June 2014

Asbabul Wurud



PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Hadits merupakan salah satu sumber hukum yang menjadi pedoman bagi umat Islam. dengan hadits-hadits itulah yang membingkai rute kehidupan umat menuju jalan yang selamat.
Akan tetapi dalam kenyataannya, terkadang ditemui beberapa hadits yang memang sulit dimaksud akan makna atau tujuan yang terkandung dalam hadits-hadits tersebut. Oleh karena itu salah satu jalan yang ditempuh oleh para peneliti hadits dalam memahaminya adalah dengan menggunakan satu bidang ilmu yang disebut sebagai “asbab al wurud”.
Dalam makalah ini penyusun akan membahas salah satu ilmu hadits yang satu ini.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan asbab al wurud dan macam-macamnya?
2.      Bagaimana peranan asbab al wurud?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh yang mendalami asbab al wurud?
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN
Asbab al-wurud merupakan tarkib al-idhafi (kata mejemuk) yang tersusun dari kata asbab dan al-wurud. Kata asbab bentuk jamak dari sabab yang berarti rope (tali).adapun kata al-wurud berarti al-manahil atau mata air.
Jadi secara terminologi asbabul wuarud adalah sesuatu yang di gnakan untuk membatasi makna hadist dari sisi umum, khusus, ithlaq, taqyid atau naskh. Atau apa yang menyebabkan munculnya hadist pada masa kemunculannya.[1]
Dalam pengertian lain menyebutkan bahwa asabul wurud adalah suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab nabi SAW. Menturkan sabdanya. [2]
B.     MACAM-MACAM ASBAB AL WURUD
Asbab al wurud dapat di bagi menjadi berbagai macam sisi:
1.        Sumber-sumber yang menjadi sebab
Sumber- sumber ­­­yang menjadi sebab turunnya hadis dapat di pilah menjadi 3 macam, yaitu :
a.       Ayat-ayat al-Quran
Ketika suatu ayat al-Quran turun terkadang para sahabat tidak bisa memahami makna yang dikandung oleh ayat tersebut atau mereka masih ragu  atas makana yang sebenarnya oleh kana itulah mereka bertannya kepada rasul tentang makna ayat itu. Sebagaimana yang terjadi ketika para sahabat tidak mengetahui makna dzulm dalam ayat:


Maka rasul menjelaskan bahwa yang di maksud dzulm dalam ayat itu adalah perbuatan syirik. padahal para sahabat, sebelumnya, memahami makna dzulm tersebut dengan ketidak adilan dan melampaui batas.
b.      Hadis
Tidak jarang para sahabat merasa kesulitan memahami hadis. untuk Memperjelas makna hadis yang pertama rasullah mengemukakan hadis lain yang memperjelas makna hadis pertama tersebut.


c.       Sesuatu yang berkaiatan dengan para audiens
Dalam kondisi ini rasullah memberikan komentar atas perbuatan atau perkataan para sahabat dalam rangka menjelaskan dan menyakinkan permasalahan yang di hadapi para sahabat.


2.      Inheren dan tidaknya asbabul al wurud dalam hadis
Asbab al wurud di lihat dari keterkaitan dan keputusannya di dalam hadis dapat di pilah menjadi 2 macam:
a.       Asbab al wurud inheren di dalam hadis
Pada macam ini sbab turunnya hadis tersebut di catat di dalam hadis jenis ini adalah seperti hadis yang di riwayatkan dari Umar ibn al-Khatab dan Abu Hurairah yang mengungkapkan tentang pertannyaan malaikat jibril pada nabi Muhammad tentang iman, islam dan ikhsan.
b.      Asbab al wurud tidak di sbutkan di dalam hadis namun di sebutkan dalam riwayat yang lain.
Asababaul wurud jenis ini memang tidak disebutkan dalam suatu hadis, namun  dalam hadis lain yang mempunyai konteks sama disebutkan sebab-sebab timbulnya hadis tersebut. Seperti pada hadis:


Hadis ini diriwayatkan oleh imam bukhori, imam muslim dan lain-lainnya,  namun di samping hadis tersebut ada hadis lain yang mengemukakan sebabnya, yang di riwayatkan oleh ibn majah dan al-tirmidzi dalam bab “al syamayil” dari Abdullah ibn sa’d ra.
3.      Ada dan Tidaknya Asbab al Wurud
a.       Hadits yang mempunyai asbab al wurud
Ketika suatu hadits mempunyai asbab al wurud maka hadits tersebut harus dipahami  sesuai dengan konteks ketika diturunkan. Dalam kondisi seperti inilah perlu diterapkan kaidah: “al ibratu bi ‘khusus a-sabab la ni ‘umum al-lafadz”.
b.      Tidak ada asbab al wurud
Ketika suatu hadits tidak ada asbab al wurud, maka hal ini naif dan aneh, karena tidak mungkin Nabi berkata dan bertindak tanpa ada konteks sosiologis dan tanpa tujuan.
Dalam kondisi seperti di atas maka harus dipahami dan diyakini bahwa yang asbab al wurudnya ada, namun tidak terlacak dan tidak terekam dalam kitab-kitab turats. Ada solusi menarik dari Sa’id Agil Al Munawwar, yaitu dengan melakukan pendekatan historis, sosiologis, antropologis, dan bahkan psikologis. [3]
C.    PERANAN ASBABAUL AL WURUD DALAM ILMU HADIS
Mengingat pentingnya asbabul al wurud dalam hadis, maka disini akan di uraikan tentang peranannya dalam ilmu hadis, di antaranya:
a.       Takhsis al-Am
Takhsis al-am berarti membatasi lafadz ‘am kepada bagian tertentu saja, fungsi ini sjalan dengan kaidah: “al-ibratubi khusus al-sabab la bi’ umum al-lafadz”, yaitu memahami hadis khusus terhadap konteks ketika hadis tersebut di ucakan atau di perbuat, sperti hadis:



Makna hads ini masih ‘am yaitu melputi semua musholli baik dia mampu berdiri ataukah tidak, namun ketika melihat konteks kondisional-historis ketika hadis tersebut dikeluarkan sebagaiman yang diriwyatkan dari Abdullah ib umar berkata “ kami memasuki kota madinah, kemudian terserang wabah penyakit yang parah, banyak orang-orang yang menjalankan shalat dngan duduk. Kemudian pada tengah hari nabi mengunjuni mereka melakukan shalat dengan duduk, kemudian nabi bersabdah : ……………………………………………… kemudian Abdullah ibn umah berkata : maka sekitar itu bangkitllah mereka menjalankan shalat dngan berdiri.
Dari asbabul wurud ini dapat di pahami bahwa makna hadis di atas adalah di khususkan bagi orang-orang yag mampu menjalankan sholat dengan bediri dan tidak berlaku bagi 0rang-orang yang tidak mampu menjalanjkan sholat dnegan berdiri.
b.      Taqyid al-Mutlaq
Berarti membatasi lafazd lafad yang mutlaq kepada qoyid-nya. Jadi ketika ada satu hadis maka hadis tersebut harus di pahami berdasarkan asbabul wurudnya yang berfungsi sebagai qayid seperti hadis:





Sifat kebaikan dan kejelekan yag tersebut dalam hadis di atas aalah masih mutlaq, meliputi baik yang mempunyai dasar dalam agama atau tidak namun ketika melihat asbabul wurud alam hadis lain yang konteks-nya saa yang di ketahuai bahwa maksud hadis diatas adalah tradii yang mepunyai dasar dalam agama, sebagai yang di riwayatkan Jarir ra. Bahwa ketika dia bersa rasullah bahwa suatau hari datanglah orange miskin yang telanjang dada meminta-minta, kebanyakan ereka adalah orang- orag suku mudhar, bahkan keseluruannya. Para shabat emberi mereka uang dirham, baju, gandum dan kurma dalam jumlah yang kecil, maka melhat ini memerahlah wajah rasullah. Kemudian ada seorang angsor memberinya dengan sekarung makanan dan pakaian, melihat ini maka cerialah wajah rasullah seraya bersabda dengan hadis di atas.
c.       Tafsil al-mujmal
Al-mujmal adalah lafad yang tidak jells dilalahnya, dengan demikian arti tafsil al-mujmal adalah menguraikan makna hadis yang masih mujmal. Funsi asbabul wurud ini adalah seperti hadis yang di riwayatkan anas bahwa rasullah memrintahkan bilal untuk menduakalikan adzan dan meninggalakan iqomat.
Hadis ini berdasarkan mantuqnya tidak sesuai ngan keseakatan ulama’ tentang mengempatkan takbir dalam adzan dan menduakannya dalam iqomat, namun melihat asbabul wurud hadis lain yang punya konteks sama yaitu dari Abdullah bin zaid yang menceritakan tentang panggilan untuk sholat (adzan), ketika orag –orang mengumpukan orang utuk sholat dengan menggunnakan lonceng mak arasulah menegur mereka menyerupai apa yang dilakukan orang nasrani. kemudian rasullah menunjukkan cara yang lebih baik seraya melafalkan lafad-lafad adzan berikut lafad iqomatnya yang sesuai dengan lafad-lafad yang disepakati para ulama’. Maka, ketika melihat asbabul wurud hadis kedua ini, hilanglah kemujmalan hadis diatas.
d.      Bayan al-Nasikh wa al-Mansukh
Pengetahuan terhadap asbab al-wurud sangatlah penting dalam menyelesaikan hadits-hadits yang bertentangan dengan menerapkan fungsi nasikh dan mansukh, di mana yang datang yang terakhir me-nasakh hadits yang sebelumnya. Seperti pada hadits:

      Menurut Imam Syafi’i hadits di atas telah dimansukh oleh hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah[4]:




D.    BEBERAPA TOKOH-TOKOH DAN KARYANYA
a.       Abu Hafs al-Akbari (w. 399H)
Orang pertama yang mengarang disiplin ilmu ini, namun hingga sekarang buku tersebut tidak dikenal, kecuali hanya namanya.
b.      Jalal al Din al Suyuthi
Di antara karyanya adalah kitab A-Luma’ fi Asbab Wurud al-Hadits.
KESIMPULAN
Asbab al-wurud merupakan salah bagian yang sangat penting dalam meneliti sebuah hadits. Karena dengannya bisa memahami hadits-hadits dan mempermudah dalam mengambil istinbat hukum. Selain itu juga dapat menghilangkan keraguan yang ditimbulkan oleh kelompok yang menyangsikan penggunaan hadits sebagai sumber hukum.









DAFTAR PUSTAKA
Dr.majid Khon, dkk. 2005. Ulumul hadist. Pusat Study Wanita UIN: Jakarta
Suparta , Munzier. 2003. Ilmu Hadis. PT Raja Grafindo persada: Jakarta






















MAKALAH
ASBAB AL WURUD
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ulumul Hadits II
Dosen Pengampu:  Musthofa Bisri, M.Ag.




Disusun oleh:
Abdul Khamid (124211007)
Abdul muhaimin (124211014)


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014


[1] Dr.majid Khon, dkk., Ulumul hadist, (Jakarta: pusat study wanita UIN Jakarta,2005), Hal. 113
[2] Munzier Suparta, ilmu hadis, (Jakarta: PT raja Grafindo persada, 2003), hal. 39
[3] Dr.majid Khon, dkk., Ulumul hadist, (Jakarta: pusat study wanita UIN Jakarta,2005), Hal. 113-117
[4] Dr.majid Khon, dkk., Ulumul hadist, (Jakarta: pusat study wanita UIN Jakarta,2005), Hal. 117-121

0 comments:

Post a Comment