MAKALAH
MASA
KEMUNDURAN (1250 – 1500 M)
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. Adnan, M.Ag.
Disusun oleh:
Abdul Muhaimin (124211014)
Ahliyatul Yumna (124211012)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Pada tahun
1250-1500 M, merupakan babak di mana umat Islam yang berada di sekitar Timur
Tengah mendapat berbagai cobaan baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar
misalnya serangan dari Timur Lenk dan juga Hulagu Khan yang kesemuanya merupakan
satu keturunan yaitu bangsa Mongol. Dari dalam atau intern yaitu merupakan masa
disintegrasi, konflik antara sunni dan syi`ah yang semakin menajam serta
munculnya gerakan-gerakan fanatik terhadap bangsa Arab. Akan tetapi berlainan
dengan apa yang terjadi di kawasan Afrika Utara atau Mesir, Dinasti Mamalik
yang berkuasa di sana berhasil selamat dari serangan-serangan dari bangsa
Mongol. Sehingga peradaban Islam yang mungkin terputus karena saat itu Baghdad
yang merupakan pusat peradaban islam telah dihancurkan oleh bangsa Mongol,
dapat terus berkembang walaupun di tempat yang berbeda. Penyebabnya adalah
banyak ilmuwan yang melarikan diri ke Mesir dan di sana pemerintah yang
berkuasa juga memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dengan
demikian perkembangan peradaban dari masa periode klasik tidak
terputus dan terus berlanjut oleh dinasti Mamalik di Mesir.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bangsa Mongol
dan Dinasti Ilkhan
2.
Serangan-serangan
Timur Lenk
3. Dinasti
Mamalik di Mesir
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Bangsa
Mongol dan Dinasti Ilkhan
Pada saat bagian
barat wilayah Islam ridak terpengaruh oleh invansi bangsa Mongol, wilayah
bagian Timur telah diluluhlantakkan oleh keturunan-keturunan Jengis Khan, yang
mengawalinya merebut daerah Asia Tengah, kemudian Persia, Irak, Syria,
Palestina, dan hanya terhenti oleh pasukan Mamalik di Semenanjung Sinai. [1]
Jatuhnya ibukota
Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri
khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran
politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan
peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula
lenyap dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari
Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Munchuria Barat serta
Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua
putra kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa
besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan
keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari.
Kemajuan Bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan
Yasugi Bahadur Khan. Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada pada
waktu itu. Setelah yasugi meninggal, putranya, Timujin yang masih berusia 13
tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat
angkatan perangnya dengan manyatukan Bangsa Mongol dengan suku bangsa lain,
sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia
mendapat gelar Jengis Khan, raja yang perkasa. Ia menetapkan suatu
undang-undang yang disebutnya Alyasak atau Alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya.
Wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran.
Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar-kecil, seribu, dua, dan
sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan
demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang militer.
Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik, Jengis Khan berusaha
memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah
lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan Cina. Ia berhasil menduduki Peking
tahun 1215 M. Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun 606
H/1209 M, tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan turki dan
Ferghana, kemudian, terus ke Samarkand. Pada mulanya, mereka mendapat
perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala Al-Din di turkistan.
Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu, masing-masing kembali ke negeri
nya . Sekitar sepuluh tahun kemudian, mereka masuk Bukhara, Samarkand,
Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke perbatasan Irak. Di Bukhara, ibu
kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari sultan Ala Al-Din,
tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan khawarizm. Sultan
Ala Al-Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M. Ia digantikan oleh
putranya, Jalal Al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena terdesak
dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol terus
ke Azerbaijan. Di setiap daerah yang dilaluinya, pembunuhan besar-besaran
terjadi. Bangunan-bangunan indah dihancurkan, sehingga tidak berbentuk lagi,
demikian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah. Sekolah-sekolah,
masjid-masjid, dan gedung-gedung lainnya dibakar.
Pada saat kondisi fisiknya mulai melemah, Jengis Khan membagi wilayah
kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang putranya, yaitu Juchi,
Chagatai, Ogotai, dan tuli. Changatai berusaha menguasai kembali daerah-daerah
Islam yang pernah ditaklukkan dan berhasil merebut Illi, Ferghana, ray,
Hamazan, dan Azerbaijan. Sultan Khawarizm, Jalal Al-Din berusaha keras
membendung serangan tentara Mongol namun, Khawarizm tidak sekuat dulu.
Kekuatannya sudah banyak terkuras dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri.
Di sebuah daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian,
berakhirlah kerajaan Khawarizm. Kematian Sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan
bagi Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa.
Saudara Chagatai, Tuli Khan mengausai khurasan. Karena kerajaan-kerajaan
Islam sudah terpecah belah dan kekuatannya sudah lemah. Tuli dengan mudah
mengauasai Irak. Ia meninggal tahun 654 J/1256 M dan digantikan oleh putranya
Hulagu Khan.
Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000
orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah AlMu’tashim, penguasa terakhir
Bani Abbas di Baghdad (1243-1258), betul-betul tidak mampu membendung “topan”
tentara Hulagu Khan. Pada saat kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiah, Ibn
Al-‘Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. Ia mengatakan
kepada khalifah, “saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Raja
(Hulagu Khan) ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr, Putra
khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. Ia tidak
menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap
sultan-sultan Seljuk.
Khalifah menerima usul itu. Ia keluar bersama beberapa orang pengikut
dengan membawa mutiara, permata, dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk
diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada
para penglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang
terdiri dari alhi fiqh dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan
sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya ternyata tidak
benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung
secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang kejam ini, berakhirlah kekuasaan
Abbasiah di Baghdad. Kota baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah,
sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut.
Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad
selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad,
pasukan Mongol menyebrangi sungai Euphrat menuju Syria, kemudian, melintasi
Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza.
Panglima tentara Mongol, Ktibugha, mengirim utusan ke Mesir, meminta supaya
sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik di sana menyerah. Permintaan itu
ditolak oleh Qutuz, bahkan, utusan Kitbuhga dibunuhnya.
Tindakan Qutuz ini menimbulkan kemarahan di kalangan tentara Mongol.
Kitbugha kemudian melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini bertemu dengan
pasukan Mamalik yang dipimpin oleh Qutuz dan Babyras di ‘Ain Jalut. Pertempuran
dahsyat terjadi, pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol, 3
September 1260 M.
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutknya diperintah
oleh Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan Hulagu. Daerah yang
dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia kecil di Barat dan
India, di timur, dengan ibu kotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demikian,
dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu
meninggal tahun 1265 M, dan digantikan oleh anaknya, Abaga (1265-1282 M) yang
masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder (1282-1284 M) yang masuk
Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar-pembesar
kerajaan yang lain. Akhirnya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Argun yang kemudian
menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan yang keempat
ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan
diusir.
Selain Teguder, Mahmud Ghazan (1295-1304 M), raja yang ketujuh, dan
raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud
Ghazan sebelumnya beragama Budha, Islam meraih kemenangan yang sangat besar
terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula, orang-orang Persia mendapatkan
kemerdekaannya kembali.
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai memperhatikan
perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. Ia
amat gemar kepada kesenian, terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam
seperti astronomi, kimia, mineralogi, metalurgi, dan botani. Ia membangun
semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk mazhab syafi’i dan
Hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya. Ia
wafat dalam usia muda, 32 tahun dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu
(1304-1317 M), seorang penganut Syi’ah yang ekstrem. Ia mendirikan kota raja
sultaniyah, dekat Zanjan. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M),
pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan
dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan
yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggalan Abu Sa’id.
Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh
Timur Lenk.[2]
B. Serangan-serangan
Timur Lenk
Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan
berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu
Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan
yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan
keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerangan kali ini sudah masuk Islam,
tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat.[3]
Ialah Timur Lenk, penguasa yang utuh
dalam menyatakan semangat zamannya adalah seoarang Turki dari lembar Syr yang
dibesarkan di Chaghatay Mongol disamarkand, dan amat bersemangat dengan
cita-cita Mongol. Timur (1336-1405), yang dikenal sebagai Timur Lane (Si Pncang Timur) mendapat kkuatan di kerajaan di
Chaghatay yang mulai mundur, menuntut turunya Mongol yang lama dengan
penindasan yang menjadi cirri invasi awal.timur menggabungkan rasa haus akan
prestasi dan kecintaan pada kerusakan dengan gairah terhadap Islam, dank arena
ia amat merestui antusiasme zamannya, ia menjadi pahlwan rakyat. Ia mendirikan
gedung-gedung dan istana yang indah.
Versinya tentang Islam-dogmatis,
kasar dan kejam-kurang terkait dengan ketaatan konservatif ulama atau doktrin Sufi tanpa Cinta. Focus utamanya adalah
membangun ketertiban dan menghukum penyelewengan, dan wakaupun para pengikutnya
ketakutan dengan brutalitas Timur, mereka menghargai pemerinthannya yang
kuatsetelah perpecahan tahun-tahun terakhir. Timur tampak seolah ia ingin
menaklukan dunia. Pada tahun 1387 ia menaklukan Dataran ‘tinggi Iran dan
Dataran Rendah Mesopotamia. Pada tahun 1395 ia menaklukan Golden Horde kuno di Rusia, dan pada 1398 ia bergerak ke India,
dimana ia membantai ribuan tawanan Hindu dan menghancurkan Delhi. Dua tahun
kemudian ia menaklukan Anatolia, meluluhlantahkan Damaskus dan melakukan
pembantaian di Baghdad. Yang terakhir pada 1404 ia berangkat ke Cina, tempat ia
terbunuh pada tahun berikutnya.[4]
C. Dinasti
Mamalik di Mesir
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari
kehancuran akibat serangan-serangan bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan
maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu berada di bawah
kekuasaan dinasti Mamalik. Karena negeri ini terhindar dari kerhancuran, maka
persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat dan
beberapa diantara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di
Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih di
bawah prestasi yang pernah dicapai oleh umat Islam pada masa klasik. Hal itu
mungkin karena metode berpikir tradisional sudah tertanam sangat kuat sejak
berkembangnya aliran teologi 'Asy'ariyah, filsafat mendapat kecaman
sejak pemikiran al- Ghazali mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam, dan yang
lebih penting lagi adalah karena Baghdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiahnya
yang banyak memberi inspirasi ke pusat-pusat peradaban Islam, hancur.
Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang
berarti budak. Dinasti Mamalik memang didirikan oleh para budak. Mereka pada
mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa dinasti Ayyubiyah sebagai
budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada
kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang
terakhir, al-Malik al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk
menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa penguasa ini, mereka mendapat
hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan
material. Pada umumnya mereka berasal dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia. Di
Mesir mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan
militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk
Bahri Laut). Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah
tentara yang berasal dari suku Kurdi.
Ketika al-Malik al-Salih meninggal (1249
M), anaknya, Turansyah, naik tahta sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa
terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara asal Kurdi daripada
mereka. Pada tahun 1250 M Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil
membunuh Turansyah. Istri al-Malik al-Salih, Syajarah al-Durr, seorang yang
juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan,
sesuai dengan kesepakatan golongan Mamalik itu. Kepemimpinan Syajaruh al-Durr
berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik
bernama Aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap
dapat terus berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak
membunuh Syajarah al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada
mulanya, Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa
sebagai Sultan "syar'i" (formal) disamping dirinya yang bertindak
sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini
merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan dinasti
Mamalik.
Aybak berkuasa selama tujuh tahun
(1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya, Ali yang masih
berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan
oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri
ke Syria karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Di
awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil
menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan
pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz dan
Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara
Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat
Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan setia kepada
penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal
dunia. Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh
pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M. Ia adalah sultan terbesar dan
termasyhur diantara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun
hakiki dinasti Mamalik.
Sejarah dinasti yang berlangsung sampai
tahun 1517 M, ketika dikalahkan oleh Kerajaan Usmani, ini dibagi menjadi dua
periode. Pertama, periode kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya
(1250 M) sampai berakhirnya pemerintahan Hajji II tahun 1389 M. Kedua periode
kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389
M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Usmani tahun 1517 M.
Dinasti
Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti
ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun
(1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun
berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295-
1297 M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di
Mesir. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam
prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu
dicapai dalam bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian,
dan ilmu pengetahuan.
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan
dinasti Mamalik atas tentara Mongol di 'Ayn Jalut menjadi modal besar untuk
menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil
menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam
negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping
itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars
membaiat keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan
bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah
Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Hulago di Baghdad, berhasil
dipertahankan oleh dinasti ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu,
kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan,
seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria,
Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di
Anatolia.
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik
membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur
perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya.
Jatuhnya Baghdad membuat Kairo, sebagai jalur perdagangan antara Asia dan
Eropa, menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut
Merah dan Laut Tengah dengan Eropa. Disamping itu, hasil pertanian juga
meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan
jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat.
Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan perekonomiannya.
Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi
tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol.
Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran,
astronomi, matematika, dan ilmu agama.
Dinasti
Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek
didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang
indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah
rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.
Kemajuan-kemajuan itu tercapai berkat
kepribadian dan wibawa Sultan yang tinggi, solidaritas sesama militer yang
kuat, dan stabilitas negara yang aman dari gangguan. Akan tetapi, ketika
faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran. Semenjak masuknya budak-budak dari Sirkasia yang kemudian
dikenal dengan nama Mamluk Burji yang untuk pertama kalinya
dibawa oleh Qalawun, solidaritas antar sesama militer menurun, terutama setelah
Mamluk Burji berkuasa. Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan
tidak menyukai ilmu pengetahuan. Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya di
kalangan penguasa menyebabkan pajak dinaikkan. Akibatnya, semangat kerja rakyat
menurun dan perekonomian negara tidak stabil. Disamping itu, ditemukannya
Tanjung Harapan oleh Eropa tahun 1498 M, menyebabkan jalur perdagangan
Asia-Eropa melalui Mesir menurun fungsinya. Kondisi ini diperparah oleh
datangnya kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit.
Di pihak lain, suatu kekuatan politik baru
yang besar muncul sebagai tantangan bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani.
Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik kalah
melawan pasukan Usmani dalam pertempuran menentukan di luar kota Kairo tahun
1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani
sebagai salah satu propinsinya.[5]
BAB
III
KESIMPULAN
Ada banyak perilaku yang patut diterapkan sebagai
cerminan penghayatan terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan
khususnya pada masa kemunduran, yakni:
1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di
kemudian hari perilaku atau perbuatan kaum muslim yang membuat kaum muslim dan
umat manusia lainnya menderita tidak terulang lagi.
2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari Negara
barat. Mereka semula jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan
ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi kemudian mereka dapat mengejar kemajuan
peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. PT RajaGrafindo
Persada: Jakarta.
Armstrong, Karen. 2002. Islam Sejarah Singkat. Penerbit Jendela,
2002: Yogyakarta.
Nasr,
Seyyed Hossein. 2003. ISLAM : Agama,
Sejarah, dan Peradaban. Risalah Gusti: Jakarta.
[1]
Seyyed Hossein Nasr, ISLAM : Agama, Sejarah, dan Peradaban, (Jakarta: Risalah
Gusti, 2003), hlm. 147.
[2]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 111-117.
[3]
Ibid., hlm. 117-118.
[4]
Karen Armstrong, Islam Sejarah Singkat, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002),
hlm. 146-147.
[5] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm.123-128.
Mummys Gold Casino - Mapyro
ReplyDeleteThe mummys gold 창원 출장샵 casino 광양 출장샵 in Sydney is 나주 출장마사지 situated near the Pacific Ocean in the beautiful Gold Coast. The 나주 출장마사지 casino is situated in the middle of 춘천 출장샵 the