Tuesday, 12 March 2013

Islam bukan agama radikal



ISLAM, Madu atau racun?

            Sekitar beberapa bulan yang lalu, sempat muncul kembali pertanyaan ‘apalagi itu?’. Lagi dan lagi dentuman suara keras menghantam telinga manusia - manusia bernyawa sampai bisa mengundang malaikat Izrail untuk melakukan tugasnya sebagai pencabut nyawa. Bom demi bom meledak dalam guliran – guliran waktu pada tempat yang berbeda pula. Bayangkan saja, sekali lagi saya tegaskan coba anda bayangkan. Di suatu tempat umum dimana anda berada disana dan kemudian ada sebutir rudal yang tiba – tiba dengan beraninya rudal itu mengeluarkan gas apalagi berbunyi dengan amat sangat keras sampai menusuk bahkan menghacurkan gendang speaker aktif punya anda? Dan ternyata insiden itu membuat anda atau yang di sekeliling anda termasuk korban yang meninggal dunia? Ya, tentu berbagai macam rasa di hati berkolaburasi antara sedih, miris, dan bahkan marah menjadi satu yang di rasakan oleh para orang tua korban atau saudara atau teman dekat dan atau status hubungan apa yang mereka jalin. Dan pasti terbesit pertanyaan – pertanyaan di pikiran yang berlalu lalang belum mendapat jawaban. Petanyaan yang intinya ‘Mengapa?’
            Dan lagi – lagi kita merasa ada apa dengan agama kita ketika pelaku – pelaku bom itu mengatas namakan ‘agama’ sebagai dalih untuk melakukan misi suci nan halal yang dapat di lakukan begitu saja?. Sungguh ironis ketika agama kita (islam) menjadi korban oleh manusia – manusia yang katanya jihad di jalan Allah. Akan di taruh mana muka agama islam kita ini?. Islam yang katanya mengajarkan kekasih sayangan tapi mengapa hal seperti itu biasa terjadi?. Bukankah allah mengutus rasulnya Muhammad sebagai rahmatan lil ‘alamin?

Islam agama yang bijak
Islam adalah agama yang mengajarkan etika dan aturan main yang benar dalam setiap aspek kehidupan. Bukan asal – asalan. Misalkan kita pernah membaca literatur sejarah islam atau sirah Nabi. Di sana kita akan melihat begitu mendalamnya kesan yang membekas di hati ketika islam dalam mengatasi masalah sosial keagamaan dengan jalur diplomatik terlebih dahulu. Bukan jalur pertumpahan darah yang langsung di gunakanya. Apakah anda tidak mengetahui Rasul telah melarang kita untuk membunuh manusia yang haram untuk di bunuh seperti muslim, ataupun non muslim yang tidak menentang pada kaum muslimin?.
Suatu pelajaran yang menarik ketika kita menilik kembali kisah Nabi di saat  menjadi kepala pemerintah di Kota Madinah. Di mana Nabi mampu menyatukan hubungan sosial kemasyarakatan antara bani – bani yang terdapat dalam kota Madinah yang sebelumnya selalu terjadi pertikaian dan tidak akur itu. Di mana ketika Nabi memimpin Kota Madinah selalu menjunjung tinggi nilai toleransi terhadap agama lain di wilayah itu seperti nasrani dan yahudi. Semuanya di buat damai oleh rasul kita. Bagaimana tidak, orang yang non muslim pun masih rasul lindungi. Sungguh itu adalah teladan yang begitu nyata.
Memang dalam sejarah islam terjadi peperangan - peperangan dengan kelompok lain. Namun itu terjadi karena ada hal – hal yang mendesak. Perang pun tidak asal perang. Ada peraturan – peraturan dalam islam tentang peperangan. Perang dalam islam terjadi karena beberapa sebab. Misalkan  menahan diri dari serangan kaum kafir. Atau juga ada kelompok pemberontak yang melawan pemerintah.

Menghidupkan nilai - nilai islam
            Oleh karena itu, kita sebagai kaum muslim harus terus berupaya dalam mengembalikan wajah islam yang damai dan indah. Islam yang tidak di pandang menakutkan oleh umat manusia. Tetapi islam yang selalu memberi kesejukan dalam setiap sisi kehidupan. Tunjukan eksistensi islam yang sesungguhnya. Dengan menghidupkan kembali syariat islam secara benar. Mengaplikasikan nilai – nilai islam seperti tasamuh dan saling sayang sesama manusia dalam kehidupan sehari – hari. Karena islam bukanlah racun yang selalu menyakitkan. Tetapi islam adalah madu yang harus kita lestarikan dan rasakan akan manisnya.

0 comments:

Post a Comment